Minggu, 20 April 2014

Hari Kartini Tahun 2018

Refleksi Peringatan Hari Kartini (Habis Gelap Terbitlah Terang)

REP | 20 April 2014 | 08:36 Dibaca: 617    Komentar: 1    2
21 April menjadi catatan sejarah peringatan Hari Kartini di Indonesia. Raden Adjeng Kartini atau lebih tepatnya Raden Ayu Kartini adalah nama lengkapnya. Beliau lahir di Jepara pada tgl 21 April 1879. Wanita pribumi yang dinobatkan menjadi pejuang perempuan di Indonesia. salah satu wanita cerdas dan kritis yang pernah dimiliki oleh bangsa ini.
Akses dunia pendidikan formal yang hanya dpt dinikmatinya hingga usia 12 tahun ( setelah usia 12 tahun kartini dilarang sekolah karena hrs dipingit), menumbuhkan pemikiran kritis terhadap nasib perempuan pribumi (lebih khusus perempuan jawa) yang terkungkung dalam sangkar emas yang dinamakan ADAT.
Namun Kartini bukanlah perempuan lemah yang mudah menyerah, dari dlm sangkar emasnya, ia mengakses informasi dunia luar melalui bantuan teman-temannya termasuk dari teman-teman Belandanya. dan selama dalam Sangkar emas itulah Kartini menunjukkan keberpihakan&keprihatinannya pada nasib perempuan.Kartinipun menuangkan pemikiran-pemikirannya dalam surat2 yang dikemudian hari terkumpul dalam sebuah karya yang bernama “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”.
Kartini menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. “…Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu…” Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.